Jumat, 16 November 2012

HIU MARTIL (SPHYMA LEWINI)


Pendahuluan
Hiu martil dari genus Sphyrna adalah anggota dari famili Sphyrnidae. Satu-satunya genus selain Sphyrnidae, Eusphyra, terdiri dari hanya satu spesies, Esphyra blochii, winghead shark.
Sembilan spesies hiu martil yang sudah diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6 meter (6,5 hingga 20 kaki), dan semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai martil gepeng bila dilihat dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidup ada di ujung kepala.
Mereka adalah predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-cumi, dan udang-udangan. Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan benua.
Bentuk kepalanya yang seperti martil menyebabkan mereka mampu berbelok dengan benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation yang disembut ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu 'klasik' lainnya.
Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena seekor serangga.
Hiu martil memiliki mulut yang kecil dan sepertinya melakukan banyak bottom-hunting. Mereka suka membentuk gerombolan di siang hari, kadang-kadang dalam kelompok lebih dari 100. Pada sore hari, seperti hiu lain, mereka menjadi pemburu solo. 

Reproduksi
Reproduksi hiu martil terjadi setahun sekali. Hiu martil sekali melahirkan berkisar antara 20 hingga 40 anak. Perkawinan hiu martil merupakan hubungan yang kasar. Jantan akan menggigit betina sampai betina tenang, membiarkan perkawinan terjadi. Tidak seperti kebanyakan spesies hiu lain, reproduksi hiu martil terjadi secara fertilisasi internal di mana membuat lingkungan aman agar sperma bisa melebur dengan sel telur. Embrio berkembang di dalam plasenta betina dan diberi makan melalui tali pusar, sama seperti mammalia. Masa kehamilan 10 sampai 12 bulan. Setelah anak hiu dilahirkan, induk mereka tidak tinggal bersama dan mereka ditinggalkan untuk mengurus diri mereka sendiri. Rekor dunia hiu martil betina yang sedang hamil ditangkap di Boca Grande, Florida pada 23 Mei, 2006 berbobot 1280 pon (580 kg). Hiu ini mengandung 55 anak.
Pada Mei 2007, para ilmuwan menemukan bahwa hiu martil dapat bereproduksi secara aseksual melalui partenogenesis, di mana mereka memiliki kemampuan untuk menyuburkan telur mereka sendiri.

Habitat
Habitatnya hiu martil adalah lautan yang bersuhu hangat tidak dingin, lalu di sepanjang garis pantai dan di paparan benua. kelebihan dari bentuk kepalanya sendiri adalah dengan bentuk kepalanya itu hiu martil bisa berbelok secara sempurna dan dengan bentuk kepalanya yg lbih lebar hiu martil memiliki sensor yang lebih sensitif dibandingkan dengan hiu lainnya. sedangkan kekurangannya hiu martil memiliki mulut yang kecil sehingga tidak bisa memangsa ikan yang terlalu besar. Biasanya hiu martil berburu di siang hari dengan cara bergerombol tapi saat sore hari mereka menjadi pemburu solo.

Perhitungan Populasi Hiu Martil Keliru

Kedua spesies hiu martil memiliki tampilan yang sangat mirip. Mereka hanya bisa dibedakan dari DNA dan jumlah tulang belakangnya saja.

 

Ilmuwan baru-baru ini mengonfirmaskan bahwa hiu martil bergerigi ternyata punya kembaran, sebuah spesies hiu baru, belum diberi nama, yang sangat berbeda namun sangat dekat dengan hiu yang terancam punah tersebut. Tetapi, kasus salah pengertian identias ini sekaligus mengindikasikan bahwa hiu martil bergerigi bahkan lebih langka dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Berhubung sulit untuk membedakan kedua spesies hiu martil tersebut—hanya bisa diketahui dari DNA dan jumlah tulang belakangnya untuk mengetahui identitas satu sama lain—tampaknya studi-studi terdahulu terkait penghitungan populasi hiu martil bergerigi keliru. Karena peneliti menghitung pula jumlah spesies hiu lain yang tampak serupa.

“Kesalahan identifikasi ini merupakan kasus klasik yang tidak hanya menggambarkan ketidakpastian status sebenarnya dari hiu martil bergerigi, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan status populasi spesies hiu martil baru ini,” kata Mahmood Shivji, peneliti dari Nova Southeastern University, Florida, Amerika Serikat.

Spesies hiu baru itu sendiri pertamakali ditemukan oleh Shivji dan timnya di tahun 2005 lalu saat mereka mengamati DNA hiu yang berdasarkan tampilan fisiknya, hiu ini diperkirakan merupakan hiu martil bergerigi. Sebuah tim peneliti lain dari University of South Carolina kemudian melakukan riset independen dan mereka mengonfirmasikan adanya spesies baru ini di tahun 2006.

Dari uji coba genetik yang dilakukan oleh kedua institusi, diketahui bahwa setidaknya tujuh persen dari seluruh hiu di perairan Amerika Serikat, yang dikira merupakan hiu martil bergerigi, ternyata merupakan spesies hiu martil baru.

Kini, peneliti mengetahui bahwa hiu yang belum punya nama ini telah berenang hingga perairan lepas pantai Brasil, ribuan kilometer jauhnya dari tempat pertamakali di mana spesies tersebut dijumpai. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa spesies tersebut tersebar luas dan mungkin menghadapi tekanan yang sama, serupa dengan saudaranya yang nyaris identik.

Seperti diketahui, populasi hiu di seluruh dunia turun drastis dalam beberapa dekade terakhir, dengan jutaan ekor di antaranya menjadi korban finning (sirip mereka dipotong hidup-hidup). Sirip ini sendiri sangat mahal harganya di China, negara yang warganya gemar memakan sup sirip ikan hiu.

Finning dilarang keras di Amerika Serikat. Sejumlah Negara-negara bagian di negeri itu juga telah melarang perdagangan dan kepemilikan sirip ikan hiu. Namun ironisnya, bukti-bukti yang didapat menunjukkan bahwa di seluruh dunia, praktek finning terus berlangsung dan merenggut jutaan nyawa ikan hiu setiap tahunnya. 

 

Referensi 

  • Wikpedia
  • Google image
  • National Geographic  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar